Minggu, 27 Maret 2011

Kepadatan dan Kesesakan

KEPADATAN

1. Pengertian Kepadatan

Menurut Sundstrom, kepadatan adalah sejumlah manusia dalam setiap unit ruangan. Atau sejumlah individu yang berada di suatu ruang atau wilayah tertentu dan lebih bersifat fisik. Suatu keadaan akan dikatakan padat apabila jumlah manusia melebihi batas ruang. Kepadatan juga merupakan hasil bagi jumlah objek terhadap luas daerah.

Penelitian Bell mengenai reaksi manusia terhadap kepadatan, sebagai berikut :

1. Ketidaknyamanan dan kecemasan, peningkatan denyut jantung dan tekanan darah, hingga terjadi penurunan kesehatan dan peningkatan pada kelompok manusia tertentu.

2. Peningkatan agresivitas pada anak-anak dan orang dewasa atau menjadi sangat menurun (diam atau murung) bila kepadatan tinggi sekali. Kehilangaan minat berkomunikasi, kerjasama dan tolong-menolong di lingkungan sekitar.

3. Penurunan ketekunan dalam pekerjaan dan penurunan hasil kerja.

Dalam penelitian tersebut pria lebih memiliki perasaan negative terhadap kepadatan yang tinggi daripada wanita.

2. Kategori Kepadatan

Holahan (1982) menggolongkan kepadatan ke dalam dua kategori, yaitu ;

a. Kepadatan Spasial (spatial density), terjadi bila besar atau luas ruangan diubah menjadi lebih kecial atau sempit sedangkan jumlah individu tetap sehingga kepadatan meningkat.

b. Kepadatan Sosial (social density), terjadi bila jumlah individu ditambah tanpa diiringi penambahan luas ruangan kepadatan meningkat sejalan dengan bertambahnya individu.

Altman (1975) membagi kepadatan menjadi :

a. Kepadatan Dalam (inside density) yaitu sejumlah individu yang berada dalam suatau ruangan seperti kepadatan di dalam rumah, kamar dan lain-lain.

b. Kepadatan Luar (outside density) yaitu sejumlah individu yang berada pada suatu wilayah tertentu speperti kepadatan di kota.

Zlutnick dan Altman mengkategorikan beberapa macam tipe lingkungan pemukiman, yaitu :

a. Lingkungan pinggiran kota

b. Wilayah desa miskin

c. Lingkungan mewah perkotaan

d. Perkampungan kota

Taylor (dalam Gifford, 1982) mengatakan bahwa lingkungan sekitar merupakan sumber yang penting dalam mempengaruhi sikap, perilaku dan keadaan internal seseorang di suatu tempat tinggal.

3. Akibat-Akibat Kepadatan Tinggi

Rumah dan lingkungan pemukiman yang memiliki situasi dan kondisi yang baik dan nyaman seperti memiliki ruang yang cukup untuk kegiatan pribadi akan memberikan kepuasan psikis pada individu yang menempatinya. Schorr (dalam Ittelson, 1974) mempercayai bahwa macam dan kualitas pemukiman dapat memberikan pengaruh penting terhadap persepsi diri penghuninya, stress dan kesehatan fisik, sehingga kondisi pemukiman dapat mempengaruhi perilaku dan sikap-sikap orang yang tinggal di sana.

Kepadatan tinggi merupakan stressor lingkungan yang dapat menimbulkan kesesakan bagi individu yang berada di dalamnya (Holahan, 1982). Stresor lingkungan, menurut Stokols (dalam Brigham, 1991), merupakan salah satu aspek lingkungan yang menyebabkan stress, penyakit atau akibat-akibat negative pada perilaku masyarakat.

Akibat secara psikis antara lain :

a. Stres, kepadatan tinggi dapat menumbuhkan perasaan negatif, rasa cemas, stress (Jain, 1987) dan perubahan suasana hati (Holahan, 1982).

b. Menarik diri, kepadatan tinggi menyebabkan individu cenderung untuk menarik diri dan kurang berinteraksi dengan lingkungan sosialnya (Heimstra dan McFarling, 1978; Holahan, 1982; Gifford, 1987).

c. Perilaku menolong (perilaku prososial), kepadatan tinggi juga menurunkan keinginan individu untuk menolong atau memberi bantuan pada orang lain yang membutuhkan, terutama orang yang tidak dikenal (Holahan, 1982; Fisherdkk, 1984).

d. Kemampuan mengerjakan tugas, situasi padat dapat menurunkan kemampuan individu untuk mengerjakan tugas-tugasnya pada waktu terttentu (Holahan,1982).

e. Perilaku agresi, situasi padat yang dialami individu dapat menumbuhkan frustasi dan kemarahan, serta pada akhirnya akan terbentuk perilaku agresi (Heimstra dan McFarling, 1978; Holahan, 1982).

4. Kepadatan dan Perbedaan Budaya

Menurut Koerte (dalam Budiharjo, 1991) fsktor-faktor sepeti ras, kebiasaan, adat istiadat, pengalaman masa silam, struktur sosial dan lain-lain, akan sangat menentukan apakah kepadatan tertentu dapat menimbulkan perasaan sesak atau tidak.

Epstein (dalam Sears dkk, 1994) menemukan bahwa pengaruh kepadatan tinggi tempat tinggal akan terjadi apabilapenghuni memmpunyai sikap kooperatif dan pengendalian tertentu.

Hasil penelitian Anderson (dalam Budiharjo, 1991) terungkap bahwa komunitas tradisional etnis Cina di Hongkong, Singapura dan Penang sudah sejak dulu terbiasa dengan kepadatan tinggi tanpa kesesakan. Di negara-negara Timur demi mendapatkan penghasilan ekstra, mereka menyewakan kamar-kamar di dalam rumahnya.

KESESAKAN

1. Pengetian Kesesakan

Menurut Altman (1975), kesesakan adalah suatu proses interpersonal pada suatu tingkatan interaksi manusia satu dengan lainnya dalam suatu pasangan atau kelompok kecil. Morris (dalam Iskandar, 1990) memberi pengertian kesesakan sebagai deficit suatu ruangan. Adanya sejumlah orang dalam suatu hunian rumah, maka ukuran per meter persegi setiap orangnya menjadi kecil, sehingga dirasakan adanya kekurangan ruang.

Adapun kesesakan dapat dikatakan sebagai keadaan motivasional yang merupakan interaksi dari faktor spasial, sosial dan personal. Batasan kesesakan melibatkan persepsi seseorang terhadap keadaan ruang yang dikaitkan dengan kehadiran sejumlah manusia, dimana ruang yang tersedia dirasa terbatas atau jumlah manusianya yang dirasa terlalu banyak.

2. Teori-Teori Kesesakan

a. Teori Beban Stimulus

Kesesakan akan terbentuk bila stimulus yang diterima individu melebihi kapasitas kognitifnya sehingga timbul kegagalan memproses stimulus atau informasi dari lingkungannya.

b. Teori Ekologi

Memfokuskan pada hubungan timbal balik antara orang dengan lingkungannya

c. Teori Kendala Perilaku

Menekankan kebebasan memilih sebagai faktor pendorong penting dalam persepsi dan perilaku manusia.

3. Faktor yang Mempengaruhi Kesesakan

a. Faktor Personal

Terdiri dari control pribadi dan locus of control, budaya, pengalaman, dan proses adapatasi serta jenis kelamin dan usia.

b. Faktor Sosial

Faktor-faktor sosial yang berpengaruh antara lain kehadiran dan pengaruh orang lain, formasi koalisi, kualitas hubungan, informasi yang tersedia

c. Faktor Fisik

Berhubungan dengan kondisi rumah seperti jenis rumah, urutan lantai, ukuran rumah dan suasana sekitar rumah.

Contoh Kepadatan dan Kesesakan di Jakarta :

Jakarta dalam Surat kabar The Jakarta Post (edisi Jumat, 21 Agustus 2010) menyebutkan bahwa penduduk Jakarta berada pada tingkat yang mengkhawatirkan. Menurut hasil sensus nasional terakhir, ibu kota dihuni oleh hampir 9,6 juta orang melebihi proyeksi penduduk sebesar 9,2 juta untuk tahun 2025. Populasi kota ini adalah 4 persen dari total penduduk negara, 237.600.000 orang.

Dengan angka-angka ini, kita dapat melihat bahwa populasi kota telah tumbuh 4,4 persen selama 10 tahun terakhir, naik dari 8,3 juta pada tahun 2000. Pada tingkat ini, Jakarta memiliki kepadatan penduduk 14.476 orang per kilometer persegi. Sebagai akibatnya, para pembuat kebijakan kota perlu merevisi banyak target pembangunan kota ini, termasuk penciptaan lapangan kerja, ketahanan pangan, perumahan, kesehatan dan infrastruktur, sebagai peredam masalah pada saat kota sudah mengalami kepadatan penduduk yang sangat menghawatirkan.

PENYEBAB

Jumlah penduduk ditentukan oleh : 1. Angka kelahiran 2. Angka kematian 3. Perpindahan penduduk, yang meliputi :a. Urbanisasi, b. Reurbanisasi, c. Emigrasi, d. Imigrasi, yaitu e. Remigrasi, f. Transmigrasi. Yang menjadi focus penyebab kepadatan penduduk Jakarta saat ini adalah adalah Urbanisasi. Dimana, fakta berbicara bahwa penduduk kota Jakarta mayoritas adalah para urban. Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta 2010 mengatakan bahwa jumlah penduduk Jakarta bertambah sebanyak 134.234 jiwa per tahun. Jika tidak ada program dari pemerintah untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk, maka pada 2020 Jakarta akan menjadi lautan manusia.

Ada banyak faktor yang memicu urbanisasi misalnya; modernisasi teknologi, rakyat pedesaan selalu dibayang-bayangi dengan kehidupan serba mewah yang ada di kota besar sehingga semakin mendorong mereka meninggalkan kampungnya. Pendidikan. Faktor pendidikan juga sangat berpengaruh terhadap melunjaknya jumlah penduduk. Universitas terbaik di Indonesia baik negeri maupun swasta ada perkotaan termasuk di Jakarta. Lapangan Kerja. Jakarta sebagai kota besar dan berpenduduk banyak tentunya sangat menjanjikan untuk orang-orang kecil yang berniat untuk mencari sesuap nasi dikota ini mulai dari pedagang kaki lima (PKL), pedagang asongan, tukang ojek, tukang sngat menjanjikan untuk hidup.emir sepatu, buruh pabrik, pembantu rumah tangga, office boy, satpam, sopir, kondektur dll yang penting bisa bekerja tanpa nmempunyai keahlian khusus. Jika ditambah dengan orang-arang yang berkeahlian khusus yang didatangkan dari luar kota maupunh luar negeri untuk bekerja di Jakarta. Pusat Hiburan. Jakarta merupakan magnet dan pintu gerbang Indonesia. Indonesia mempunyai daya tarik tersendiri sebagai kota Jakarta dekat dengan tempat – tempat hiburan yang sperti mall, pantai indah kapuk, dufan, pantai Tidung, sea world dan banyak arena-arena yang lainnya yang tidak ada di kota-kota lain di Indonesia.

DAMPAK

Pasti ada dampak dari suatu hal yang berlebihan begitu pula overloadnya Jakarta. Kesesakan yang diakibatkan oleh berlebihannya penduduk Jakarta mengakibatkan; Sifat Konsumtif, Kekumuhan kota, Kemacetan lalu lintas, Kriminalitas yang tinggi, Struktur kota yang berantakan, isu Jakarta tenggelam, Banjir, pelebaran kota dengan tata kota yang tidak baik, melonjaknya sector informal, terjadinya kemerosotan kota, dan pengembangan industri yang menghasilkan limbah.

Dalam hal perbaikan, pemerintah Jakarta memang mengambil langkah-langkah untuk membatasi urbanisasi. Pemerintah mengeluarkan peraturan yang membatasi masuknya migran ke kota, dengan hanya mereka yang telah dijamin pekerjaannya diijinkan untuk tinggal di kota, sementara petugas dari lembaga ketertiban umum kota sering melakukan serangan terhadap warga ilegal.

Referensi :

http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/peng_psikologi_lingkungan/bab4-kepadatan_dan_kesesakan.pdf

http://id.wikipedia.org/wiki/Kepadatan

http://sosbud.kompasiana.com/2010/12/05/kepadatan-penduduk-sebagai-akar-dari-permasalahan-kota-jakarta